Sejak didirikan pada 31 Januari 1926 di Surabaya, Nahdlatul Ulama (NU) tidak sekadar menjadi organisasi keagamaan, tetapi menjelma menjadi salah satu pilar penyangga kebangsaan Indonesia. Dengan basis massa terbesar, tradisi keagamaan yang moderat, serta jejaring pesantren dan kultural yang luas, NU memainkan peran strategis dalam membentuk wajah Indonesia yang damai, beragam, dan beradab.
NU dan Akar Kebangsaan
NU sejak awal berdiri tidak memisahkan antara cinta tanah air dan cinta agama. Prinsip “Hubbul Wathan Minal Iman” (cinta tanah air adalah bagian dari iman) bukan sekadar slogan, tetapi menjadi fondasi sikap politik dan sosial warga Nahdliyin.
Ketika Indonesia menghadapi penjajahan, tokoh-tokoh NU ikut memelopori perlawanan.
Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang dikeluarkan oleh Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari menjadi bukti bahwa NU tidak pasif dalam perjuangan kemerdekaan. Bahkan, keputusan itu menjadi dasar moral bagi rakyat untuk angkat senjata mempertahankan kemerdekaan dari agresi Belanda.
Menjaga Islam Nusantara yang Rahmatan lil Alamin
NU konsisten mengembangkan wajah Islam yang ramah, bukan marah. Islam yang merangkul budaya lokal, bukan menolaknya. Islam yang mengajak, bukan mengejek. Melalui pendekatan ini, NU membangun harmoni sosial antar umat beragama, mencegah radikalisme, dan menolak paham transnasional yang ingin menggantikan Pancasila dengan ideologi negara lain.
Konsep Islam Nusantara, yang mengakar pada tradisi pesantren, toleransi, dan tasamuh (toleransi), menjadi tawaran besar NU kepada dunia: bahwa Islam bisa hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat plural.
NU di Tengah Tantangan Zaman
Di era digital dan globalisasi, NU dihadapkan pada tantangan baru: radikalisme berbasis media sosial, disinformasi keagamaan, dan derasnya arus ideologi yang memecah belah bangsa. NU menjawab tantangan itu dengan membentuk lembaga-lembaga seperti Cyber Troops Santri, Lembaga Bahtsul Masail, hingga Majelis Masyayikh untuk menjaga kesahihan ajaran dan menangkal hoaks keagamaan.
Di sisi pendidikan, NU juga memainkan peran penting melalui ribuan pesantren dan madrasah yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Lembaga pendidikan NU tidak hanya mendidik santri tentang agama, tetapi juga membentuk karakter, etika, dan nasionalisme.
NU dan Masa Depan Indonesia
Ke depan, NU memiliki peluang besar menjadi kekuatan moral bangsa. Dengan jumlah pengikut yang besar, NU berperan penting dalam membentuk opini publik, menyejukkan dinamika politik, dan memastikan bahwa demokrasi tidak kehilangan ruh etika dan spiritualitasnya.
NU juga memiliki tanggung jawab untuk terus mencetak generasi muda yang cerdas secara spiritual dan tangguh secara intelektual. Dengan memaksimalkan potensi kader, membangun ekonomi umat, serta memperkuat dakwah digital, NU dapat menjadi garda terdepan dalam menjawab tantangan abad ke-21.
NU Adalah Rumah Besar Kebangsaan
NU bukan hanya milik umat Islam, tetapi menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan masa depan Indonesia. Selama NU tetap konsisten pada nilai-nilai moderat, kebangsaan, dan keadilan sosial, maka NU akan selalu relevan dan dibutuhkan oleh negeri ini.
Sebagaimana kata bijak para ulama, “Di mana pun NU berada, di situ Indonesia akan kuat.” Maka sudah saatnya kita semua, warga bangsa ini, memperkuat NU — bukan hanya sebagai organisasi, tetapi sebagai spirit kebangsaan yang hidup dan tumbuh bersama rakyat.
Posting Komentar